Cinta.....
Sebuah rangkaian huruf yang membentuk sebuah kata penuh makna.
Terkadang orang sering salah kaprah dengan makna cinta yang sesungguhnya, dan cinta seringkali dijadikan alasan untuk melakukan sesuatu di luar nilai dan norma yang berlaku di indonesia.
Seperti Beby, salah satu teman sekelasku yang rela menyerahkan semua yang dia miliki pada Ricky pacarnya yang berusia 6 tahun lebih tua darinya. Beda lagi dengan Pak Tomi yang tergila-gila pada Bu Resta, Pak guru Tomi rela menukar keyakinananya dengan alasan ‘cinta’ dan berbagai hal-hal lain lagi di dunia ini yang mengatasnamakan ‘cinta’ . Pak Tomy dan Beby adalah contoh kecil dari salah kaprah tentang ‘cinta’ .
Dan menurutku cinta itu Luas sekali. Cinta menurutku gak hanya sebatas pada pacar atau teman hidup saja. Cinta bisa kita berikan pada kedua orangtua, keluarga, teman, bahkan kepada mahluk yang diciptakan Tuhan lainnya.
“ Terus kalau cinta pada lawan jenis,bagaimana menurutmu?” tanya Vira yang sedang membaca tulisan ku yang akan kuserahkan pada Raka, Pimpinan Redaksi Majalah sekolah ku.
“ Love is hurt but sometimes Love is happiness, cinta pada lawan jenis juga sebagai musik dalam hidup kita” aku tersenyum begitu mengingat kembali kata-kata yang diucapkan Kak Tia padaku.
“ weeesss, kata-katanya!!” Vira tersenyum mendengar kata-kataku.
“ itu kata-katanya Kak Tia” jelasku.
“ terus menurut mu?? “ tanya Vira lagi.
Aku hanya menggeleng.
“ kok geleng-geleng sih?” tanya Vira meliht tingkahku.
Bel tanda masuk kelas berbunyi.
“ ke kelas yuk!” aku menajak Vira untuk kembali ke kelas. Jarak dari kelas kami dan Taman sekolah cukup jauh, jadi kami harus segera kembali ke kelas.
“ ayo vir, cepaat!!” aku menyemangati Vira yang setengah berlari di belakangku.
Aku melihat ke belakang sementara kaki ku terus berjalan, tentu saja aku tidak melihat apa yang ada di depanku.
Bruuuk!! Aku menabrak sesuatu sehingga membuatku terjatuh.
“ Bisa bangun?” orang itu mengulurkan tangannya.
“ iya” aku berusaha berdiri.
“kamu gak apa-apa sin?” Vira menghampiriku.
“ maaf ya sin!” ujar orang itu dengan senyum yang membuat wajahnya yang putih bersih tambah tampan lagi.
“ gak usah sok kenal deh loe!” Vira langsung membawaku pergi setelah mengucapkan kata-kata yang agak pedas. Beberapa meter dari lokasi kami tabrakan tadi aku melihat ke belaknag lagi dan orang itu masih berdiri disana dengan ekspresi yang berbeda dari ekspresinya tadi, terkejut.
Sampai di kelas Vira tidak berkomentar apa-apa tentang kata-katanya itu karena kelas kami masih lumayan jauh semntara pelajaran saat ini adalah Fisika, bukan pelajarannya yang membuatku takut tapi gurunya yang terkenal sangat disiplin. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran.
“ Vir, kamu..” aku ingin mengetahui penjelasan atas sikap Vira tadi.
“ Gak usah di bahas dulu sin, mending fokus ke pelajaran aja” Vira mencela sebelum aku sempat mengakhri kata-kataku.
Aku pun kembali fokus pada penjelasan pak Jaya tentang ‘ Gerak Parabola’ .
“ Ada yang tahu kenapa apa itu gerak parabola?” Pak Jaya melempar pertanyaan pada kami sebagai permulaan pertemuan.
Tanpa pikir panjang lagi aku mengacungkan tanganku.
“ yaa!! Sinta” Pak Jaya menunjuk ku. Pak Jaya memang mengetahui namaku karena sejak pertemuan pertama, aku sudah sering menjawab pertanyaannya atau maju ke depan kelas.
“ Gerak Parabola adalah gerak yang membentuk lintasan parabola. Contohnya saja gerak bola yang dilempar ke udara. Gerak parabola ini terdiri atas dua jenis gerak yaitu gerak lurus beraturan dalam arah horizontal yaitu sumbu X dan gerak lurus berubah beraturan dalam arah vertikal yaitu sumbu Y”
“ Ada yang lain?” pak Jaya kembali melempar pertanyaan.
“baik, terimakasih sinta” ujar pak Jaya,
Pak jaya kembali melanjutkan penjelasannya tentang ‘Gerak Parabola’.
Pak Jaya kemudian memberikan kami tugas untuk lebih memahami materi yang disampaikan.
“ Kalian boleh berdiskusi untuk menjawab soal-soal ini, tapi jangan ada yang keluar kelas” ujar pak Jaya sebelum beliau meninggalkan kelas. Tak butuh banyak waktu untuk membuat kelas ribut lagi. Rafa, ketua kelasku tak bisa berbuat banyak. Dia kalah jumlah dengan sekumpulan teman sekelasku yang lebih senang bermain-main daripada mengerjakan tugas yang diberikan pak Jaya. Namun ada juga beberapa teman-temanku yang berusaha untuk mengerjakannya.
“ ehmm, sin! Yang ini caranya kayak gimana sih kok aku gak ketemu ya?” Dayat menghampiri mejaku.
“ coba lihat!” aku meneliti proses pengerjaan soal yang dimaksud Dayat.
“ooh,kamu keliru di sini yat!” aku menunjuk kepada salah satu rumus yang di pakai Dayat.
“ seharusnya yang ini pakai Sinus dan yang ini pakai Cos terus yang ini seharusnya pakai tanda +” aku mengkoreksi letak kekeliruan pengerjaan.
“ iya ya” Dayat nyengir mendengar penjelasanku.
“ terus yang ini pakai rumus yang mana sin?” Dayat kembali bertanya.
“ ini pakai rumus persamaan vektor posisi yat” jelasku lagi dan tentu saja aku menuliskan sebuah rumusnya.
“ oke deh sin, makasi ya!” dayat tersenyum padaku.
“ sama-sama” aku pun memberikan senyum juga pada Dayat.
Dayat kembali ke tempat duduknya dan akupun kembali mengerjakan soal-soal yang diberikan Pak Jaya.
“ Dayat kayaknya suka sama kamu sin” ujar Vira tiba-tiba yang membuatku menghentikan pekerjaanku menyelesaikan soal.
“ Gak lah vir” aku menjawab sekenanya saja.
“ dia kan anaknya cool banget sin, tapi kok sama kamu dia mau nanya-nanya gitu ya?” tanya Vira lagi.
Aku hanya mengankat bahu.
“ kalau misalnya dia beneran suka sama kamu, gimana sin?” Vira mulai menggodaku.
“ sudahlah vir, aku mau ngerjain soal-soal ini dulu” tegasku pada Vira, kalau dibiarkan nanti dia malah tambah menggodaku dan aku tidak jadi menyelesaikan amanat dari Pak Jaya.
Vira mengerti dengan maksudku, dia pun kembali mencorat-coret bukunya.
Tak lama kemudian Pak Jaya kembali ke kelas.
“ Baik, ada yang bisa maju nomer satu?” tanya Pak Jaya pada kami semua.
“ saya pak!” Dayat mengacungkan tangannya.
“ Silakan” pak Jaya memberikan Spidol pada Dayat.
Dayat pun mulai menulis jawaban di papan tulis tanpa menyalin dari buku. Sepertinya dayat memang sudah mengerti dengan soal nomer satu ini.
“ Vira Effendi ?” pak Jaya memanggil nama Vira.
“ saya pak!” Vira mengangkat tangannya.
“ kamu belum ada nilainya jadi kamu maju nomer selanjutnya!” perintah pak Jaya.
Vira terlihat gugup.
“ sin, pinjem tugasmu ya!” pinta Vira padaku.
“ tugasmu mana?” tanyaku karena aku pikir dia sudah mengerjakannya.
“ nanti aku jelasin deh, sekrang waktunya mepet nih!” Vira berusaha merebut catatan Fisika ku.
“ Vira Effenddi, silahkan maju ke depan!” perintah pak Jaya lagi.
“ ayoo lah sin!!” dengan berat hati aku menyerahkan buku ku padanya. Aku merasa berat melakukannya karena Vira bukan menulis hasil kerjanya. Jadi dia telah merugikan dirinya sendiri karena tidak memanfaatkan kesempatan belajar ini dengan baik.
“ Makasi ya sin!!” Vira tersenyum padaku setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di depan.
“ Kamu kenapa nggak ngerjain Vir?” ujarku begitu dia duduk kembali.
“ Gak ngerti sin!” Vira nyengir ke padaku.
“ kenapa gak nanya vir?? Mungkin aku bisa bantu!”
“ gak enak ganggu kamu sama Dayat” kilahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar