Imam Hasan Al Banna berkata :”Ada sebagian orang begitu gembira menyia-nyiakan waktu. Bila kita tanya kepada mereka, ‘Apa sebabnya kamu melakukan hal itu ?’ , maka mereka akan menjawab, ‘Saya hanya mengisi waktu senggang saja’.” Sungguh malang orang-orang seperti itu, karena disaat menyia-nyiakan waktu, disaat yang bersamaan ia juga telah menyia-nyiakan hidupnya, bahkan membinasakan dirinya sendiri, karena pada hakikatnya waktu itu adalah kehidupan itu sendiri. Setiap hari saat fajar menyingsing, sang waktu seolah berkata kepada seluruh umat manusia, “Wahai anak Adam, saya adalah ciptaan Tuhan yang terbaru, yang akan menjadi saksi amal-amal kalian. Maka gunakanlah diriku dengan sebaik-baiknya untuk mencari bekal, karena diriku ini bila sudah pergi, maka tidak akan kembali lagi hingga hari akhir”.
Dengan berbekal sebuah hadits yang digunakannya sebagai dalil, ada seseorang yg ingin bersegera melakukan kebajikan-kebajikan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, namun orang tersebut berkata, ‘Tidakkah kamu tahu ada hadits shahih yang mengatakan “Pelan-pelan (berhati-hati) itu adalah (ilham) dari Allah, dan terburu-buru itu adalah (ilham) dari setan” . (HR.Al Baihaqi. Syekh Al-Albani menghukumi hadits ini adalah hadits yang hasan).
Hadits yang dikemukakan orang tersebut memang shahih, namun ada kekeliruan dalam memahami makna hadits tersebut. Berhati-hati dalam menjalankan pekerjaan memang termasuk sikap yang terpuji, tapi tentu bukan berarti menunda-nunda. Kalau pun terpaksa ingin menunda, maka yang harus ditunda adalah pekerjaan duniawi, adapun untuk pekerjaan amal-amal ukhrowi sama sekali tak ditemukan dalil agar menunda pelaksanaannya. Sebab bila hadits tersebut diartikan dengan menunda pekerjaan amal ukhrowi, maka akan menyalahi dalil-dalil berikut ini : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu” (QS.Ali Imran : 133). “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan Tuhanmu”. (QS.Al Hadiid : 21). “Hendaknya orang berlomba-lomba”. (QS.Al Muthaffifiin : 26). “Gunakan waktu sehatmu sebaik mungkin sebelum kamu sakit” (HR.Al Bukhari). “Pelan-pelan dalam melakukan segala sesuatu adalah termasuk tindakan terpuji, kecuali melakukan amal-amal akherat” (HR.Abu Dawud dan Al Hakim. Hadits ini dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani).
Jika seseorang hendak melakukan kebajikan, maka banyak setan yang membujuknya untuk menunda melaksanakan kebajikan itu. Setan-setan itu berbisik, ‘Kamu masih punya malam yang sangat panjang, tidurlah !’. Wahai manusia, kapan lagi kamu akan sadar, padahal ajal semakin dekat ? Kapan akan muncul rasa syukur di hatimu dengan mengisi waktu-waktu itu pada jalan yg diridhoi Allah ? Mungkin kamu akan sadar disaat semua amal yg dirahasiakan terungkap seluruhnya, dan kamu akan mengingat perkataanku disaat hal itu sudah tak ada lagi manfaatnya, yaitu kematian ?.
(sumber : Nasihat untuk orang-orang yang lalai, Khalid A.Mu’thi Khalif, Gema Insani Press Jakarta, cet.pertama Syawal 1426H/nop 2005)
"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas". (QS.Al Baqarah : 212)
"Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS.Al Fushshilat : 26)
"Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?". (QS.Al Mu’minuun :114-115)
"Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Allah)." (QS.Adz Dzaariyaat :56)
note : artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik, edisi : 030/th.03/Rabi'ul Awal-Rabi'ul Tsani 1428H/2007M
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua....